SULTRAWATCH.™, Anggota DPRD Sulawesi Tenggara mengunjungi lokasi pembangunan masjid Al Alam, di Teluk Kendari, Senin 8 Agustus 2016. Dalam kunjungan itu anggota DPRD menemukan proses pengecoran lantai masjid yang dinilai amburadul.
Anggota Komisi III DPRD Sultra, Nur Iksan Umar, mengatakan cor yang sudah terlanjur dipasang harus dibuka kembali lantaran dilakukan secara parsial. Menurutnya, proses cor tidak boleh putus.
“Harusnya, dicor satu kali tidak boleh putus. Ini juga kontraktor mencor langsung di tengah, kenapa tidak dimulai dari batangnya dulu,” protes Nur Iksan.
Proses pengecoran yang dilakukan secara parsial, kata Iksan, dapat berdampak pada tidak kokohnya konstruksi lantai masjid. Pengecoran perdana tersebut dinilainya amburadul. Ia juga mempermasalahkan cara pekerja yang memadatkan hasil cor dengan cara diinjak atau dengan menggunakan balok.
“Masa ada cor diinjak-injak. Ini masalah,” katanya.
Ketua Komisi III, Tahrir Tasruddin, menilai pengecoran perdana ini masih bermasalah. Ia pun meminta pihak kontraktor untuk memberi penjelasan terkait teknis proses pengerjaan proyek tersebut. Hearing dijadwalkan digelar Rabu 10 Agustus 2016 nanti.
Politikus PAN Sultra ini juga memprotes penggunaan pipa penyalur campuran semen ke titik pengecoran. Ukuran pipa tersebut dianggapnya terlalu kecil. Akibatnya, bahan cor mengendap dalam pipa.
Anggota dewan lainnya, Sarlinda Mokke, berharap proyek ini diawasi secara ketat. Sebab, pembangunan masjid Al Alam telah menyerap anggaran daerah cukup banyak.
“Ini bukan proyek ecek-ecek. Harus dikerjakan sesuai standar,” tekannya.
Anggota Komisi III DPRD Sultra, Nur Iksan Umar, mengatakan cor yang sudah terlanjur dipasang harus dibuka kembali lantaran dilakukan secara parsial. Menurutnya, proses cor tidak boleh putus.
“Harusnya, dicor satu kali tidak boleh putus. Ini juga kontraktor mencor langsung di tengah, kenapa tidak dimulai dari batangnya dulu,” protes Nur Iksan.
Proses pengecoran yang dilakukan secara parsial, kata Iksan, dapat berdampak pada tidak kokohnya konstruksi lantai masjid. Pengecoran perdana tersebut dinilainya amburadul. Ia juga mempermasalahkan cara pekerja yang memadatkan hasil cor dengan cara diinjak atau dengan menggunakan balok.
“Masa ada cor diinjak-injak. Ini masalah,” katanya.
Ketua Komisi III, Tahrir Tasruddin, menilai pengecoran perdana ini masih bermasalah. Ia pun meminta pihak kontraktor untuk memberi penjelasan terkait teknis proses pengerjaan proyek tersebut. Hearing dijadwalkan digelar Rabu 10 Agustus 2016 nanti.
Politikus PAN Sultra ini juga memprotes penggunaan pipa penyalur campuran semen ke titik pengecoran. Ukuran pipa tersebut dianggapnya terlalu kecil. Akibatnya, bahan cor mengendap dalam pipa.
Anggota dewan lainnya, Sarlinda Mokke, berharap proyek ini diawasi secara ketat. Sebab, pembangunan masjid Al Alam telah menyerap anggaran daerah cukup banyak.
“Ini bukan proyek ecek-ecek. Harus dikerjakan sesuai standar,” tekannya.
0 komentar:
Posting Komentar